Sabtu, 26 Mei 2012

EVALUASI PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap orang saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu : evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari kata mana yang siap di ucapkannya.
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan sistem evaluasi yang baik maka kualitas pembelajaran diharapkan akan meningkat. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, evaluasi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan semua ranah yang dimiliki peserta didik.[[1]]
Namun, evaluasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini dirasakan belum memberikan distribusi yang cukup untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan oleh sistem evaluasi yang digunakan belum tepat atau pelaksanaan evaluasi belum seperti yang diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan inovasi terhadap sistem evaluasi pendidikan ke arah yang lebih baik, agar dapat mengukur semua kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tanpa hanya mengukur ranah kognitifnya saja.
Dengan sistem evaluasi yang baik maka akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik dengan tujuan akhir meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya, seperti yang diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan tujuan pendidikan nasional.[[2]]

B.     Landasan Teori
Meskipun sekarang memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi pertama di kembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah di capai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
Definisi yang lebih luas di kemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

C.    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian evaluasi pendidikan ?
2.      Apa dasar-dasar evaluasi pendidikan ?
3.      Apa syarat-ayarat tes yang baik ?

D. Manfaat
1.      Untuk Mengetahui Tentang Pengertaian Evaluasi Pendidikan
2.      Untuk Mengetahui Tentang Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
3.      Untuk Mengetahui Tentang Ciri dan Syarat – Sarat tes yang baik




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evaluasi
Istilah yang sering muncul dan hampir sama dalam pemakaian sehari-hari ialah pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Agar tidak terjadi kesalahan letak dan pemakaian, maka perlu penegasan arti seperti yang dikemukakan oleh Dr. Suharmini Arikunto sebagai berikut :
1.      Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
2.      Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik- buruk. Penilaian bersifat kuantitatif
3.      Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai. [[3]]
Evaluasi berarti pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakahdalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa. Evaluasi
Pendidikan adalah kegitan menilai yang terjadidalam kegiatan pendidikan. Bertujuan melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan informasi akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswasehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. 
Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun saling berhubungan.mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif).Adapun pengertian evaluasi meliputi keduanya. Meskipun sekarang memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertianevaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. seperti definisi yang pertamadikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) beliau mengatakan, bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum ada dan apa sebabnya.[4]
 Untuk definisi yang lebih luasdikemukakan oleh dua orang ahli lain yaitu Cronbach dan Stufflebeam, definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuantercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Yang dibahas dalam buku ini terutama adalah evaluasi pendidikan dalam institusi pendidikan, tetapi mengkhususkan evaluasi hasil belajar. Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi: 
1.      Makna bagi siswa
Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui apakah dia telah berhasilmengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaanmenilai ini ada dua kemungkinan, memuaskan atau tidak memuaskan. 
2.      Makna bagi guru
 Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa mana yangsudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, maupunmengetahui siswayang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebihmemusatkan perhatiannya pada siswayang belum berhasil. Apalagi jika guru tahu sebab-sebabnya. 
3.      .Makna bagi sekolah
 Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya,dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan sekolah sudah sesuaiharapan atau belum, karena hasil belajar merupakan cermain kualitas suatu sekolah. 
Dalam konteks pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan hasil kerja siswa, Nitko dan Brookhart (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Fokus evaluasi dalam konteks ini adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok siswa atau kelas. Konsekuensi logis dari pandangan ini, mengharuskan evaluator untuk mengetahui betul tentang tujuan yang ingin dievaluasi. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai objek evaluasi yaitu prestasi belajar, perilaku, motivasi, motivasi diri, minat, dan tanggung jawab.[5]
Selanjutnya, Ebel (1986) berpendapat bahwa evaluasi merupakan suatu kebutuhan dimana evaluasi harus memberikan suatu keputusan tentang informasi apa saja yang dibutuhkan, bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, serta bagaimana informasi tersebut disintesiskan untuk mendukung hasil yang diharapkan.

Padahan evaluasi adalah assessment yang menurut Tardid. dkk., (1989), berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang di capai seorang siswa sesuai kriteria yang telah ditetapkkan. Selain kata evaluasi dan assessment dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan  ulangan. Istilah ulangan dan ulanagan umum yang dulu disebut dengan THB (Tes Hasil Belajar) dan TPB (Tes Prestasi Belajar) itu adalah alat-alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses mengajar-belajar (the teaching-learning process) atau untuk menentukan taraf keberhasilan suatu program pembelajaran/penyajian materi, dan kenaikan kelas. Sementara itu, istilah evaluasi digunakan untuk menilai hasil bealjar para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kini disebut denagn Ujian Akhir Nasional (UAN).[6]
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampikan hubungan sebab akibat diantara faktor yang memepengaruhi objek tersebut.


B.  Dasar Evaluasi
Alasan/dasar evaluasi di dalam pendidikan sebenarnya banyak sekali, namun menurut Sumadi Suryabrata biasa dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni dasar psikologis, didaktis, dan administratif.


1.    Dasar Psikologi
a.    Ditinjau dari anak didik
Anak manusia yang belum dewasa pada umumnya belum mampu memilih ide dan melaksanakan secara lepas dari pendukung ide tersebut, mereka belum mandiri dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya, mereka belum biasa berpegangan kepada pedoman yang berasal dari dirinya, melainkan berpedoman kepada norma-norma yang berasal dari luar dirinya, yaitu orang dewasa, termasuk di dalamnya gurunya. Pendapat mengenai belajar dan hasilnya, juga pendidikan mereka dijadikan serta pedoman yang pasti, mereka juga ingin mengetahui statusnya dalam kelompok.
b.    Ditinjau dari pendidik
Orang tua atau wali murid adalah orang pertama yang mempunyai kepentingan mengenai pendidikan anak-anaknya. Oleh karenanya mereka secara psikologis ingin mengetahui hasil belajar anak-anak mereka. Bagi pendidik profesional/guru yang diserahi sebagian tanggung jawab pendidikan tersebut juga secara psikologis senantiasa ingin mengetahui hal yang sama. Keberhasilan atau kegagalan akan mengakibatkan motifasi yang kuat untuk langkah berikutnya.
2.    Dasar Didaktis
a.    Ditinjau dari segi anak didik
Keberhasilan anak didik dalam mencapai status yag terhormat akan menimbulkan kepuasan. Kepuasan ini ingin senantiasa diperolehnya lagi dalam waktu-waktu yang lain. Akibatnya siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat. Dan sebaliknya, bila siswa mengetahui statusnya dalam kelompoknya, mereka akan berusaha agar hasil yang tidak/kurang menyenangkan tersebut tidak terulang kembali. Sehubungan dengan hal ini telah diadakan penelitian antara lain oleh  Mursell sebagai berikut :
“ Mengenai soal belajar yang sederhana subjek dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama (kelompok eksperimen) diberitahukan hasil-hail pekerjaanya, sedangkan kelompok kedua (kelompok control) tidak. Hasil kelompok pertama ternyata lebih baik. Untuk mencek hal ini lalu tersebut lalu dilakukan rotasi, kelompok kedua diberitahu dan kelompok pertama tidak, ternyata hasilnya juga ikut terbalik ”.

b.    Ditinjau dari segi pendidik
Hasil yang diperoleh oleh siswa akan segera memberi petunjuk terhadap guru, dalam hal-hal apa ia berhasil dan dalam hal-hal apa ia gagal. Semua itu dipakai dasar membimbing siswanya pada saat-saat berikutnya.
Dari hasil evaluasi itulah, guru akan segera mengetahui status dalam kelompoknya, kesan kesulitan yang dihadapi oleh sebagian besar anak didiknya, kelemahan metode yang dipilihnya, kesiapan siswa dan pengetahuan dasar/pengetahuan awal yang dimiliki anak dan juga mengetahui siapa saja diantara mereka yang memerlukan pembinaan dan pembinaan khusus atau perlu remedial
3.    Dasar Administrtif
Untuk pemenuhan berbagai kebutuhan administrasi, maka penilaian mutlak harus dilakukan. Tanpa data dan informasi yang diperoleh dari evaluasi, maka petugas dalam lembaga pendidikan tidak mungkin dapat mengisi raport, STTB, menentukan naik kelas atau tidak sejejnisnya.[7]

C.  Fungsi Evaluasi
Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ;
1.    Fungsi selektif
2.    Fungsi diagnostik
3.     Fungsi penempatan
4.    Fungsi keberhasilan
Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah ;
1.     Perbaikan sistem
2.    Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3.    Penentuan tindak lanjut pengembangan

D.   Sasaran evaluasi 
1.    Input
 Input merupakan aspek yang bersifat rohani yang setidak-tidaknya mencakup empat halyaitu: Kemampuan, Kepribadian, sikap dan inteligensi. 
2.    Transformasi
Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian meliputi: kurikulum ataumateri, metode dan cara penilaian, sasaran pendidikan/media, sistem administrasi, guru dan personal lainnya. 
3.    Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui sebeapa jauhtingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakanuntuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test. 

E.  Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes. teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
1.    Rating scale atau skala
Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
2.    Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.

3.    Daftar cocok
Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.
4.     Pengamatan atau observasi
Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek pengamatan.
5.    Riwayat hidup
Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup tersebut.

 Teknik tes dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :1) tes diagnostik; 2) t es formatif 3) tes sumatif. Penjelasan mengenai 3 macam tes diatas dapat dibaca pada bagian Teknik Tes
F.   Prosedur Melaksanakan Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
a.    perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
b.    pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan)
c.    verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
d.   pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
e.    penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

G. Ciri-ciri dan Syarat Tes
1.    Ciri-Ciri Tes 
 Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memilki persyaratantes, yaitu memiliki: 
a. Validitas
 Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh gurudalam arti relevan pada permasalahannya. 

b. Reliabilitas
 Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapatdipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakanreliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan denganvaliditas, maka: Validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan. 
c.Objektivitas
 Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak adafaktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadipada sistem scoringnya. Apabiladikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya,sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes
  d. Prakitikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang: mudah dilaksanakan,mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas. 
e. Ekonomis
 Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama. 

2.     Syarat – Syarat Test
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, dan syarat-syarat tes menurut  Sumadi Suryabrata adalah sebagai berikut :
1)      Reliabel
2)      Valid
3)      Objektif
4)      Diskriminatif
5)      Comprehensive
6)      Mudah digunakan[[8]]
Keterangan dari masing-masing akan diberikan dengan lebih terperinci sebagai berikut :
a)      Reliable
Reliabel berasal dari bahasa inggris reliable yang artinya dapat di percaya.[9][ Suatu tes dikatakan reliable bila tes tersebut memilikiconsisitencif, maksudnya bila tes dierikan kepada kelompok subjek yang sama dalam dua waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama atau hamper sama.untuk menyelidiki reliabilitas suatu tes dapat di pakai bantuan statistic dengan teknik korelasi. Misalnya dengan jalan mengkorelasi skor testing pertama dengan skor testing kedua. Adapun bila suatu tes dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes tersebut dikatakan valid.[10]
b)      Valid
Valid adalah artinya sesuai dengan kenyataan. Data dapat dikatakan valid karena dapat memebrikan gambaran tentang data sesuai data secara benar dengan kenyataan atau keadaan yang sesungguhnya. Jadi reliabilitas dan vaiditas salang keterkaitan/saling berhubungan. Karena validitas adalah ketepatan sedangkan reliabilitas adalah ketetapan.[11]
c)      Objektif
Tes dikatakan objektif bila hasil tes tidak tergantung kepada pemberi score oleh orang yang berlainan dan dalam tes yang objektif, kalau hanya menggunakan interpretasi saja.[12] Objektif berarti tidak adanya unsure pribadi yang mempengaruhi.  [13]
d)     Diskriminatif
Tes harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecilnya.
e)      Comprehensive
Tes harus comprehensive, artinya tes tersebut mencakup segala persoalan yang harus diteliti. Ia harus mampu mengungkapkemampuan siswa dari seluruh bahan yang telah informasi yang lengkap dan siswa pun tidak dapat melakukan spekulasi dalam belajar. Dalam hal ini benyamin S. Bloom dkk, mengelompokkan menjadi tiga ranah yaitu : ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.[14]
1)   kognitif, Dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : hafalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2)  afektif
     Sikap : adalah identitas kecennderungan positif atau negative terhadap suatu objek psikis tertentu (Louis thurstone)
f)  Mudah digunakan
     Tes itu harus mudah digunakan, tidak sulit dan tidak berbeli-belit, tidak menunutut peralatan yang banyak dan mahal, mudah pemeriksaannya dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.[15]
BAB IV
PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan :
  1. Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
  2. Evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-komponen sistem pembelajaran, yang mencakup bebrapa dasar evaluasi yaitu, dasar Psikologi, Dasar Didaktis, Dasar Administrtif.
  3. Tes yang baik adalah tes yang memenuhi bebrapa tes yang telah ditentukan oleh ahli – ahli dalam ilmu pendidikan, dan syarat-syarat tetrsebut harus diterapkan dalam membuat soal. Syarat-syarat tes antara lain, Reliabel, Valid, Objektif, Diskriminatif, Comprehensive, Mudah digunakan.
  1. Peranan evaluasi dalam pendidikan yakni menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan, mengukur prestasi siswa, mengevaluasi kurikulum, mengakreditasi sekolah, memantau pemanfaatan dana masyarakat, memperbaiki materi dan program pendidikan. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk pengembangan dan akreditasi.


DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharmini, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2006, Cet. 6.


ibid, (2007). Eavaluasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, Ed. Revisi, 2010.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005.






[1] Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), hlm. 1

[3] Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, (2010), hlm. 194
[4] Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, op. cit . hlm. 3
[5]http://sarkomkar. op. cit.
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 195-196

[7] Mustaqim, op. cit., hlm. 192-196
[8] ibid, hlm. 196
[9] ibid, hlm. 196
[10] Mustaqim,op. cit., hlm. 197
[11] Suharmini Arikunto, op. cit., hlm 58-59
[12] Mustaqim, op. cit., hlm.198
[13] Suharmini Arikunto, op. cit., hlm. 61
[14] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 195-196
[15] ibid, (2007). Eavaluasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

0 komentar:

Posting Komentar